Pekalongan- Para petani di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, tetap nekat menanam padi meski saat ini sedang memasuki musim kemarau.. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pekalongan, Siswanto di Pekalongan, Minggu (10/9), mengatakan bahwa saat ini banyak petani setempat yang membandel melanggar pola tanam sehingga bisa merugikan mereka karena tanaman padi akan puso akibat
Para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi ketika memasuki musim kemarau. Hal ini dilakukan agar lahan tetap produktif. Saat musim kemarau lahan tambak tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi. Ketika datang musim hujan lahan tambak digunakan untuk budidaya ikan bandeng Chanos chanos yang dicampur dengan udang vaname Litopenaeus vannamei. Untuk tambak di Kabupaten berjuluk kota tahu campur ini dalam semusim rata-rata petani menggunakannya untuk dua kali budidaya ikan, dan sekali tanam padi. Untuk memanfaatkan lahan agar tetap produktif di musim kemarau, para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi, salah satunya seperti yang dilakukan Wartono 50. Hari menjelang siang, pria bertubuh tinggi ini nampak sibuk mengawal proses penanaman padi di lahan tambak seluas 2 hektare yang disewanya. Dia hendak memastikan benih padi yang ditanam sesuai dengan harapan, dengan mengintruksikan puluhan ibu-ibu yang dilibatkan dalam mengolah lahan itu untuk menanam padi dengan sistem jajar legowo. Sistem ini merupakan sistem penanaman padi dengan cara mengatur jarak antar benih. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, dengan cara seperti ini produktivitas padi bisa meningkat. “Tanpa pengaturan jarak tanam sangat berpotensi memunculkan hama penganggu seperti gulma dan tikus, karena terlalu rapat,” jelas pria asal Desa Ngujungrejo, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Kamis 10/06/2021. Selain itu, perawatan akan lebih sulit jika penanaman benih padi tanpa pengaturan jarak tanam. Usai memberikan arahan ke para ibu-ibu di pematang tambak, Wartono kemudian beralih menemui bapak-bapak yang sedang mengusung benih padi dengan menggunakan pikulan bambu. Mereka memikul dari jalan raya menuju ke tengah tambak yang kemudian didistribusikan ke para ibu-ibu yang sedang menanam. Sebelumnya benih padi itu diangkut menggunakan kendaraan pick up. baca Musim Kemarau, Petani Manfaatkan Rawa yang Mengering Buruh tani memikul benih padi untuk ditanam di tambak ikan. Untuk memanfaatkan lahan agar tetap produktif di musim kemarau, para petambak ikan di Lamongan, Jawa Timur, beralih bercocok tanam padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Keberkahan Tersendiri Menurut Wartono, pada saat musim kemarau lahan tambak yang disewannya itu tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi Oryza sativa. Sebab, meski airnya susut masih ada sisa-sisa genangan air yang cocoknya memang hanya bisa digunakan untuk menanam padi. “Kalau ditanam jagung atau kacang kan kondisi tanahnya harus kering, jadi tidak bisa ditanam di lahan basah,” ujar dia. Umumnya, petani setempat menanam padi saat musim hujan, tapi bagi Wartono ketika datang musim hujan lahan tambak yang digarapnya itu ia gunakan untuk budidaya ikan bandeng Chanos chanos yang dicampur dengan udang vaname Litopenaeus vannamei. Begitu masa peralihan musim hujan ke kemarau itulah dia mulai menanam padi. baca juga Dampak Fenomena La Nina, Petani Buah Semangka dan Melon Tekor Saat musim kemarau, lahan tambak tidak bisa ditanam tanaman lain selain tanaman padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Dalam semusim dia hanya bisa menanam padi sekali. Setelah panen, lahan terlebih dulu diistirahatkan selama 2-3 bulan sambil menunggu musim hujan. Begitu datang hujan ia kemudian beralih ke budidaya ikan dan udang. “Untuk sewanya dalam semusim itu Rp31 juta. Bisa digunakan untuk budidaya ikan dua kali. Sementara untuk padi hanya sekali saja,” katanya. Bagi dia antara biaya operasional dan hasil yang didapat bisa berlipat. Untuk ikan dan udang sekali panen bisa mendapatkan hasil Rp30 juta. Sementara padi Rp35 juta. Beberapa petambak sudah beralih memasuki musim tanam padi pada tambaknya. Hal ini memberikan keberkahan tersendiri bagi buruh tanam padi, Rasima 60 misalnya, perempuan asal Buluterate, Babat, Lamongan ini mengaku senang karena dimusim kemarau ini dia masih bisa bekerja. “kalau tidak tandur ya nganggur, atau paling ya ngaret untuk kambing,” pungkasnya dalam bahasa Jawa. baca juga Begini Cara Petani Buah di Lamongan Berbagi Keberkahan Buruh tani membentangkan tali tampar untuk menanam padi di tambak menggunakan sistem jajar legowo. Sistem ini merupakan sistem penanaman padi dengan cara mengatur jarak antar benih. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Tanah Tetap Produktif Kemarau sering kali berdampak terhadap penurunan atau bahkan kegagalan produksi pangan, salah satunya yaitu padi. Di tahun 1991 misalnya, akibat kemarau sejumlah 800 ribu hektare tanaman padi mengalami kekeringan, dan sekitar 190 hektare puso. Pada tahun 1994, musim kemarau juga telah menimbulkan kerugian bagi sebagian petani karena tanaman padi mereka kekeringan, umumnya terjadi pada lahan yang irigasinya tergantung pada musim hujan. Plt. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Lamongan, Sujarwo mengatakan, untuk tambak di Kabupaten berjuluk kota tahu campur ini dalam semusim rata-rata petani memang menggunakan lahannya untuk dua kali budidaya ikan, dan sekali tanam padi. Begitu juga sebalinya, ada juga sebagian petani yang melakukan dua kali tanam padi kemudian ikan hanya sekali, tergantung wilayahnya. baca juga Kemarau Panjang, Warga Lombok Bisa Bertani dan Berternak di Bendungan Rasima 60 menunjukkan tangannya yang keriput karena terlalu lama kena air usai menanam padi di tambak ikan. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Menurut dia, dalam semusim di satu lahan itu bagusnya memang dimanfaatkan untuk dua jenis komoditas yang berbeda. Alasanya agar kesuburan tanah bisa tetap terjaga. “Kalau ikan terus ya kapan lahan waktunya istirahat? Karena sebetulnya tambak itu kan perlu juga digemburkan. Sementara padi itu setelah panen damennya bisa digunakan untuk pupuk alami,” ujar pria berkacamata ini. Selain itu, dengan pola seperti itu petani masih tetap produktif bisa mengolah lahan di musim kemarau, sehingga tidak takut mengalami kegagalan produksi pangan. Seorang buruh tani bersiap membajak lahan dengan menggunakan tractor. Agar kesuburan lahan tetap terjaga, dalam semusim bagusnya dimanfaatkan untuk dua jenis komoditas yang berbeda. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Meski begitu pihaknya terus mengupayakan untuk melakukan langkah-langkah alternatif lain, salah satunya yaitu mengkolaborasikan dua jenis komoditas pertanian sekaligus di dalam satu lahan, atau disebut juga dengan istilah Mina padi. Usaha tani gabungan ini memanfaatkan genangan air sawah yang tengah ditanami padi sebagai kolam untuk budidaya yang memaksimalkan hasil tanah sawah, dengan demikian diharapkan bisa meningkatkan efisiensi lahan, “Beberapa wilayah di Kabupaten Lamongan sudah menggunakan inovasi seperti itu. Apalagi Mina padi juga merupakan salah satu cara untuk menanggulangi hama tikus,” pungkas pria yang pernah menjadi Camat ini. Para buruh tanam padi makan bersama di pematang tambak ditengah istirahatnya usai menanam padi. Memasuki musim kemarau, beberapa petambak sudah beralih menanam padi. Hal ini memberikan keberkahan tersendiri bagi buruh tanam padi. Foto Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia Artikel yang diterbitkan oleh
Tentuada yang salah yang mungkin tidak diterapkan oleh para petani sehingga sebagian besar petani Indonesia hidupnya masih tidak sejahtera. Pada kesempatan kali ini kami akan mengulas beberapa alasan mengapa petani Indonesia tidak sejahtera. Semoga ini bisa menjadi bahan evaluasi diri bagi para petani sekalian. Cara Menanam Pepaya California. 1.
BANGKA – Musim kemarau panjang diprediksi bakal terjadi pada pertengahan Juni sampai September 2023 mendatang. Pada musim kemarau, petani di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung diminta menanam palawija selain padi. Pelaksana Tugas Plt Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan DPPP Bangka Selatan, Risvandika berujar, masyarakat petani harus mempersiapkan diri agar dapat mengantisipasi dampak kemarau panjang yakni kekeringan. Sehingga para petani bisa menanam tanaman palawija untuk lahan yang pengairannya terbatas saat musim kemarau. Seperti yang diketahui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Pangkalpinang memprediksi musim kemarau di Bangka Belitung terjadi pada awal Juni 2023. Antara bulan Juni dasarian satu dan Juni dasarian dua. Tepatnya pada tanggal 1 - 11 Juni 2023 mendatang. “Berdasarkan data BMKG bulan Juni - September 2023 Bangka Selatan diperkirakan akan memasuki musim kemarau. Saya mengingatkan petani untuk dapat beralih ke tanaman yang kurang membutuhkan air,” kata dia kepada Sabtu 3/6/2023. Risvandika menerangkan, menjelang musim kemarau panjang para petani setidaknya menyesuaikan tanaman pada masa tanam. Sebab, saat musim kemarau ketersediaan air akan berkurang yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman yang membutuhkan banyak air. Bahkan saat ini tim penyuluh sudah melakukan sosialisasi kepada para petani. Terutama sosialisasi pola tanam padi-padi- palawija kepada para petani. Upaya itu merupakan bagian agar selama satu tahun musim tanam tidak melulu menanam padi. Akan tetapi diselingi menanam palawija, utamanya saat kemarau. Layaknya jagung, singkong, sorgum hingga kacang panjang. “Tanaman palawija ini antara lain komoditas palawija seperti jagung, sorgum dan kacang tanah. Namun jika ketersediaan air mencukupi para petani diperbolehkan melanjutkan kembali aktivitas tanamanan padi,” jelas Risvandika. Menurutnya, pengaturan pola tanam sangat penting mengingat saat kemarau pasokan air berkurang.
BudidayaTanaman Padi Iklim Media tanah Kapan Waktu Yang Tepat Menanam Padi Walaupun padi dapat ditanam sepanjang tahun, namun pada dasarnya petani menanam padi berdasarkan ketersediaan air, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga periode tanam yaitu : Musim tanam utama, pada bulan Nopember, Desember, Januari, Pebruari dan Maret; Para petani di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur memanfaatkan lahan rawa yang mengering karena musim kemarau, dengan menanam jenis tanaman palawija Petani memanfaatkan tanah gembur dengan sisa air di rawa yang mengering dengan menanam melon, semangka dan palawija Bertani di rawa kering tidak terbebas dari kerugian, karena tanaman palawija atau padi bisa keburu tenggelam saat air mulai menggenangi rawa, sebelum dipanen. Ditambah lagi cuaca saat ini sulit ditebak karena pengaruh perubahan iklim Petani mengaku belum mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah setempat. Bantuan pemerintah hanya bagi pemilik lahan, sedangkan petani penggarap rawa tidak punya lahan, karena lahan rawa seluas 1,340 ha merupakan lahan milik Pemkab Lamongan. Siang itu, di bawah panas terik matahari, sejumlah petani nampak beraktifitas bercocok tanam di ladang garapannya. Ada yang baru memulai tanam, ada yang membersihkan gulma, tidak sedikit pula yang terlihat menyiram tanaman menggunakan gembor. Para petani ini bercocok tanam memanfaatkan lahan rawa yang mengering karena musim kemarau, dengan menanam jenis tanaman palawija di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu 14/08/2019. “Awal bulan Agustus ini baru mulai tanam. Ini pertama kalinya saya menanam jagung, biasanya kalau tidak tanam melon ,ya semangka,” ujar Soleh, salah satu petani setempat disela-sela membersihkan gulma di lahan garapannya itu. Soleh mengaku, jagung yang dia tanam ini baru berumur dua mingguan, menyusul semakin menipisnya air yang biasa menggenang rawa itu saat musim hujan. Jika musim hujan, katanya, air bisa menggenang rawa itu sampai 10 meter, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk menanam jenis tanaman apapun. baca Kemarau Datang, Air Telaga Jadi Andalan Lahan rawa yang airnya menyusut karena musim kemarau di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Para petani memanfaatkan lahan tersebut untuk ditanami palawija. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Sebaliknya, warga sekitar baru bisa memanfaatkan rawa tersebut ketika musim kemarau seperti saat ini, karena pada saat kemarau air di rawa itu bisa habis sampai tanahnya terlihat retak-retak, sehingga warga sekitar bisa bercocok tanam. “Tanahnya lebih gembur, jadi enak digunakan untuk menanam,” timpal Jarwi 70, istri Soleh yang juga melakukan pekerjaan yang sama. Saat awal datang musim hujan, pasangan suami istri ini mengaku, masih bisa memanfaatkan rawa tersebut untuk menanam padi. Itu juga menurutnya untung-untungan, kadang bisa bertahan sampai musim panen tiba. Terkadang pula rugi, karena padi yang mereka tanam keburu tenggelam karena airnya sudah pasang. Jadi tidak sempat untuk memanen, hal itu menurutnya karena cuaca saat ini sulit ditebak. “Bertani ini sama kayak pedagang. Kadang ya untung, kadang ya rugi,” tutur Jarwi, menceritakan pahit-manisnya bertani yang sudah dilakoninya sejak dari kecil. baca juga Adakah Solusi Permanen Krisis Air Bersih Ketika Kemarau Datang? Sepasang suami istri membersihkan tanaman jagung yang ditanam dilahan rawa, saat musim kemarau di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Sering Rugi Banyak faktor yang dihadapi petani saat ini, Soleh mengaku sekarang ini petani justru malah sering rugi. Selain penyakit yang menyerang tanaman semakin beragam. Faktor perubahan cuaca juga sangat mempengaruhi. Soleh beranggapan, bertani yang dilakoninya saat ini rasanya tidak seperti dulu. Kalau dulu bertani tidak banyak penyakit. Hal itu, menurutnya, karena pola pengobatan tanaman masih menggunakan cara yang natural, dengan memakai bahan-bahan alami yang ada disekitar, cukup dengan dedaunan yang dikeringkan, lalu dicampur dengan kotoran sapi. Ketika itu, cerita bapak dua anak ini, pupuk alami masih banyak dijumpai di daerah tersebut. Karena dulu masih banyak peternakan sapi, selain itu juga masih banyak dijumpai tumbuh-tumbuhan. Seiring berjalannya waktu, mencari bahan alami sekarang ini di rasa semakin sulit karena perubahan zaman. Sudah banyak pelaku ternak yang beralih profesi menjadi kuli bangunan dan juga buruh pabrik. menarik dibaca Mengapa Oyek dan Gaplek Jadi Andalan Ketika Kemarau Tiba? Petani bersiap menyiram tanaman miliknya yang ditanam di lahan rawa yang mengering karena musim kemarau. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Di lain sisi, untuk pola pengobatan tanaman saat ini juga mengikuti pola petani pada umumnya, yaitu dengan menggunakan pupuk yang serba instan, sehingga mau tidak mau dia juga harus beradaptasi dengan pola bertani para petani yang ada disekelilingnya itu. Tapi bagi Sholeh, pola serba instan itu, sebenarnya justru malah menimbulkan penyakit yang bermacam-macam, harga obat tanaman baginya juga mahal. Sehingga dalam beberapa waktu ini dia terus mengalami kerugian. “Tanah saya habis terjual untuk memenuhi kebutuhan bertani, ini saya nggarap punya orang yang sebelumnya nggarap di rawa ini. Sistemnya bagi hasil,” kata pria paruh baya itu. Selaras dengan Soleh, Lilik Sumarlik, petani yang juga memanfaatkan lahan rawa yang mengering itu, juga mengaku merasakan hal sama. Berprofesi sebagai petani di lahan rawa ini kadang senang, begitu juga sebaliknya. Senangnya, selain dekat dengan sisa-sisa air, lahan rawa yang mengering ini juga bisa lebih mudah digarap. Karena kontur tanah yang awalnya berlumpur. Namun, perempuan kelahiran 1963 itu juga mengaku, sudah dua tahun ini tidak mendapatkan hasil. Kesuburan tanah rawa, katanya, tidak sebanding dengan banyaknya penyakit yang menyerang tanaman yang dia rawat, seperti hama ulat yang menyerang daun, begitu juga dengan tikus yang menyerang batang, akar hingga buah. baca juga Foto Kemarau, Sawah di Aceh Gagal Panen Buruh tani membersihkan gulma di lahan rawa mengering karena musim kemarau. Para petani memanfaatkan lahan tersebut untuk ditanami palawija. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Selain itu, faktor cuaca juga menurutnya sangat mempengaruhi kegagalan panen yang dirasakan. “Cuaca saiki iku maju mundur, biasane Agustus iku wes panen, lha iki baru mulai tandur. Opo mergane bumine wes tuo cuaca sekarang ini maju mundur, biasanya panen pada bulan agustus. Tapi sekarang ini baru mulai menanam. Apa karena buminya sudah semakin tua,” katanya. Baginya, proses bertani yang dirasakan saat ini juga tidak seperti dahulu. Dulu hujannya masih enak. Pada musim kemarau, panas yang dirasakan juga tidak seperti sekarang ini yang semakin kerasa. Harapannya, tanaman jagung yang dia rawat saat ini bisa mendapatkan hasil. Awalnya, Lilik memanfaatkan lahan rawa itu untuk ditanam semangka, tapi tahun ini dia mencoba peruntungan dengan menanam tanaman penghasil karbohidrat itu. Karena bibitnya lebih murah, dan perawatannya menurut pengalaman orang lain, katanya juga lebih mudah. menarik dibaca Miris, Puluhan Tahun Tiap Kemarau Warga Desa Ini Potong Akar Pohon untuk Dapat Air Buruh tani mengambil air untuk menyiram tanaman palawija yang ditanam di lahan rawa yang mengering karena musim kemarau. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Kurang Perhatian Ketika disinggung soal peran pemerintah, pihaknya mengaku belum ada bantuan dari pemerintah setempat. Tidak hanya Lilik, Soleh juga mengatakan hal demikian. Karena mereka merasa, lahan yang digarap ini merupakan lahan milik pemerintah. Jadi, mereka beranggapan selama ini belum ada bantuan. Cerita Lilik, perangkat desa pernah melakukan sosialisasi soal bantuan bagi petani, tetapi dari sosialisasi yang disampaikan itu, yang mendapatkan bantuan merupakan petani yang mempunyai lahan sendiri. Untuk petani yang tidak memiliki lahan, yang sifatnya memanfaatkan lahan rawa milik negara itu tidak mendapatkan bantuan. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki lahan rawa seluas 1,340 ha, dari jumlah luasan tersebut 973, 565 ha berada di Kecamatan Sekaran, yang merupakan lahan rawa lebak. Mayoritas penduduk Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan ini berprofesi sebagai petani. Sehingga lahan seluas itu dimanfaatkan penduduk sebagai lahan pertanian. Bima Rojaq Kurniawan, dalam penelitiannya berjudul Analisis Pendapatan dan Kontribusi Usaha Tani Semangka di Lahan Marjinal Rawa di Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan’ menjelaskan, lahan rawa lebak seluas 350 ha di Kecamatan Sekaran tersebut digunakan para petani untuk budidaya semangka. Buruh tani menanam kacang hijau di lahan rawa yang mengering karena musim kemarau di Desa Meru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Rabu 24/08/2019. Foto Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia Artikel yang diterbitkan oleh menurutpasi ter kodim kediri kapten inf warsito berdasarkan input dari berbagai sumber yang notabene adalah pelaku di sektor pertanian, kendala di lapangan saat musim hujan tiba dan saatnya tiba para petani menanam benih padi, cukup rentan terhadap berbagai rintangan atau tantangan, seperti muncul dan berkembangnya opt (organisme pengganggu

Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali Sulawesi Lainnya Sumatera Jawa Bali Daerah Lainnya Tak ada air sawah petani di Aceh Barat mengalami kekeringan. Sumber Tim TvOne/ Chaidir Musim kemarau panjang di Kabupaten Aceh Barat menyebabkan petani di Desa Ie Sayang, Kecamatan Woyla Barat, gagal menanam padi, mengancam perekonomian warga. Kamis, 8 Juni 2023 - 1121 WIB Aceh Barat, - Akibat kemarau panjang yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, musim tanam padi yang seharusnya sudah dimulai terpaksa harus dilewati tanpa penanaman oleh petani di Desa Ie Sayang, Kecamatan Woyla Barat, Kabupaten Aceh pertanian yang biasanya digunakan warga untuk menanam padi saat ini mengalami kekeringan karena tidak adanya curah Desa Ie Sayang, Abu Yazid, mengatakan bahwa kekeringan telah melanda desa tersebut selama 3 bulan terakhir. Para petani sebelumnya telah membajak sawah untuk persiapan penanaman, namun karena hujan tak kunjung turun, penanaman padi terpaksa ditunda."Kami sebelumnya telah merencanakan penanaman padi, namun karena kondisi alam yang tidak mendukung, kami terpaksa menundanya," kata Abu Yazid pada Selasa 8/6/2023.Yazid menjelaskan bahwa masyarakat di Desa Ie Sayang biasanya melakukan penanaman padi dengan metode tanam setahun sekali dan mengandalkan air hujan. Oleh karena itu, musim kemarau yang berkepanjangan sangat berdampak pada perekonomian warga. Ia juga mengungkapkan bahwa di Desa Ie Sayang terdapat sekitar 30 hektar lahan yang siap ditanami padi, dengan hasil produksi sebanyak ton lebih per hektar."Sebelumnya, kami hanya mengandalkan air hujan, dan sekarang ketika hujan tidak turun, maka kami sebagai petani gagal panen," jelas Yazid. Halaman Selanjutnya Selain itu, masyarakat juga telah melaporkan masalah ini kepada ketua kelompok tani setempat agar dapat diteruskan kepada pemerintah setempat. Mereka berharap pemerintah dapat menyediakan pompa air sebagai solusi ketika musim kemarau tiba. Berita Terkait Puluhan Hektar Sawah Petani Nagan Raya Mengering Risih dengan Aktivitas Pengajian, Seorang Warga Meureubo Nekat Bakar Balai Pengajian Tidak Bisa Baca Alquran, 11 Orang Bacaleg di Aceh Barat Gugur Terbakarnya Conveyer Batu Bara PT BTI di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Masih dalam Penyelidikan Polres Aceh Barat Topik Terkait Tak Kunjung Hujan Petani Aceh Barat Gagal Tanam Padi Kemarau Panjang Desa Ie Sayang Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Sawah Pertanian Padi Kering Kekeringan Penanaman Padi Saksikan Juga Jangan Lewatkan Mario Dandy Bayar Restitusi Rp100 M ke David Ozora, Pengacara Semua Hartanya Bisa Disita Nasional 16/06/2023 - 0520 Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK mencatat restitusi biaya perawatan rumah sakit hingga kondisi sampai saat ini korban penganiayaan David Ozora 17 mencapai seratus miliar rupiah lebih. Ingat Anggita Sari? Sempat Dikabarkan Berhubungan Intim dengan Freddy Budiman di Lapas, Begini Pengakuannya Nasional 16/06/2023 - 0505 Wanita seksi, Anggita Sari kembali dikaitkan dengan Freddy Budiman yang berhubungan intim dengannya di Lapas. Berikut pengakuan dari DJ cantik, Anggita Sari Reaksi Denny Indrayana hingga PDIP Soal Putusan MK yang Sahkan Sistem Proporsional Terbuka Nasional 16/06/2023 - 0505 Tanggapan sejumlah partai terkait putusan Mahkamah Konstitusi MK yang memutuskan Sistem Pemilu 2024 yakni proposional terbuka hingga PDIP dan Denny Indrayana. JPU Kejati Sumatera Utara Tuntut Bos Judi Online Apin BK Dituntut 5 Tahun Penjara Kasus Perjudian dan TPPU Sumatera 16/06/2023 - 0500 Bos judi online terbesar di Sumatra Utara Joni alias Apin BK dituntut 5 tahun penjara atas tindakan perjudian online dan Tindak Pidana Pencucian Uang TPPU. Syahrul Yasin Limpo Dipanggil KPK Hari Ini, Ini Profilenya Nasional 16/06/2023 - 0500 Kepala Bagian Pemberitaan KPK, Ali Fikri mengatakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo SYL telah dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi KPK terkait dugaan korupsi di Kementerian Pertanian Kementan. Komunitas Anti Mafia Tanah Komat, Desak Hakim Hukum Seberat-beratnya Sutrisno Lukito Banten 16/06/2023 - 0453 Komat yang berjanji akan terus kawal jalannya persidangan tersangka kasus mafia tanah Sutrisno Lukito serta kembali menggelar aksi keprihatinan di PNTangerang. Trending Rumah Kos di Kota Batu Terbakar, Diduga ada Unsur Kesengajaan, Polisi Masih Proses Penyelidikan Jatim 16/06/2023 - 0009 Insiden yang mengejutkan, sebuah rumah kos di lingkungan padat penduduk yang terletak di Kota Batu dilalap api, mengakibatkan kerugian properti yang cukup besar dan membuat beberapa penghuni trauma. Selain Lionel Messi, Dua Pemain Argentina Ini Dipastikan Absen Lawan Timnas Indonesia Bola Dunia 16/06/2023 - 0338 Pelatih Argentina Lionel Scaloni memastikan tiga pemain tidak dibawa dalam laga kontra Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin 19/6/2023. 7 Hari Berat Badan Turun 20 Kg, Ternyata Segampang Itu Tanpa Diet dan Olahraga, Kata dr Zaidul Akbar Cukup Makan… Kesehatan 16/06/2023 - 0430 Tak disangka ternyata cara menurunkan berat badan sebanyak 20 kg sangat mudah. Menurut dr Zaidul Akbar tak perlu diet dan olahraga, cukup makan ini saja... KPK Resmi Tahan 9 Orang ASN Ditjen Minerba Tersangka Korupsi Tunjangan Kinerja di Kementerian ESDM Nasional 16/06/2023 - 0007 KPK resmi menahan sembilan ASN pada Ditjen Minerba Kementerian ESDM yang dijerat tersangka dalam kasus korupsi tunjangan kinerja Tukin tahun 2020-2022. Nekat Mendaki Gunung Api Dempo Sendirian, Sulaiman Meninggal Dunia Diduga Akibat Kelaparan dan Hipotermia Sumatera 16/06/2023 - 0122 Nekat mendaki sedirian, Sulaiman Bin Samsudin warga Dusun Sumber Karya Kecamatan Gumai Ulu Kabupaten Lahat meninggal dunia di Kawasan Kawah Gunung Api Dempo. Ada Tulisan Bernada Ancaman Diduga Ditulis Al Zaytun untuk Pendemo Jangan Tanya Apa yang Akan Terjadi Jabar 16/06/2023 - 0405 Tulisan Al Zaytun berbunyi atau bernada ancaman. Dalam tulisan tersebut ditulis ratusan pengunjuk rasa akan disambut orang yang menempel di tiang listrik Ingat Anggita Sari? Sempat Dikabarkan Berhubungan Intim dengan Freddy Budiman di Lapas, Begini Pengakuannya Nasional 16/06/2023 - 0505 Wanita seksi, Anggita Sari kembali dikaitkan dengan Freddy Budiman yang berhubungan intim dengannya di Lapas. Berikut pengakuan dari DJ cantik, Anggita Sari Selengkapnya Viral Jadwal Hari Ini 0600 - 0630 Kabar Arena Pagi 0630 - 0800 Apa Kabar Indonesia Pagi 0800 - 0900 Rumah Mamah Dedeh 0900 - 1000 Hidup Sehat bersama dr. Ekles Selengkapnya

Untukitu, pastikan lahan tempat budidaya kacang panjang memiliki sistem drainase yang baik. Pertama, lakukan pengolahan tanah dengan cara membalik tanah dengan kedalaman 30 cm. Setelah itu, diamkan selama 2 hari. Langkah selanjutnya ialah gemburkan bongkahan tanah yang masih berukuran besar hingga didapatkan tekstur yang halus.
Musim kemarau ilustrasi. SUKABUMI - Sejumlah petani di selatan Kabupaten Sukabumi tetap nekat menanam padi di tengah musim kemarau. Padahal, pada momen tersebut berpotensi menyebabkan gagal panen puso akibat kesulitan pengairan. ’Dari pantauan, ada sebagian kecil yang masih menanam padi,’’ ujar Kepala Seksi Perlindungan Tanaman DPTP Kabupaten Sukabumi, Sodikin, kepada Republika Online, Selasa 17/9. Pasalnya, mereka masih menganggap ada air untuk mengairi areal persawahannya. Sebelumnya DPTP Dinas Pertanian Tanaman Pangan telah menghimbau para petani untuk tidak menanam padi saat musim kemarau. Namun, di lapangan ada sebagian kecil petani yang tetap nekat menanam padi dengan risiko gagal panen akibat kekeringan. Selain padi, kata Sodikin, ada sejumlah petani yang mengganti tanamannya menjadi ubi kayu. Bahkan, ada sebagian petani yang sudah panen. Kini, mereka tengah mempersiapkan lahannya untuk ditanam padi. Hal ini dikarenakan musim hujan diprediksi jatuh pada akhir September mendatang. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini

Adapun menjelang musim kemarau tahun 2020 ini, baru 8 persen dari seluruh petani di sana yang memanfaatkan asuransi pertanian. "Di sejumlah daerah, peralihan ke musim kemarau mulai terasa, termasuk di Jawa Barat yang relatif dekat dengan Kebumen," kata Menteri Syahrul.

Diunggah pada 16 September 2011 114657 1 Kendati hujan telah mengguyur di sejumlah wilayah di Jawa Timur dalam intensitas rendah, cuaca kemarau masih melanda hampir di seluruh wilayah. Kemarau berkepanjangan ini menyebabkan masyarakat kekurangan sumber air bersih dan membuat beberapa lahan sawah di Jatim mengalami kekeringan. Dalam masa kemarau dan pascaserangan hama wereng coklat beberapa waktu lalu, Dinas Pertanian Jatim kerap mengimbau pada petani untuk tak menanam padi. “Jauh hari kami kami telah menyosialisasikan untuk tak menanam padi saat kemarau dan pasca serangan hama wereng. Kalaupun tetap ngotot menanam padi, mungkin hanya petani nekad saja yang melakukan,” kata Kepala Bidang Produksi tanaman Pangan, Ir Ahmad Nurfalakhi saat dikonfirmasi, Jumat 16/9. Dari data Dinas Pertanian Jatim, periode Agustus 2011 tercatat lahan padi yang kering mencapai hektar yang tersebar di sejumlah wilayah. Diantaranya di wilayah Tulungagung seluas 953 hektar, Trenggalek 271 hektar, Pacitan 112 hektar, Sumenep 60 hektar, Mojokerto 21 hektar dan Lamongan 19 hektar. Dari total lahan yang kering di bulan Agustus, yang mengalami puso atau gagal panen mencapai 38 hektar, yaitu di wilayah Mojokerto 18 hektar, Tulungagung 9 hektar, Tuban 6 hektar, Bojonegoro 2 hektar dan Trenggalek 1 hektar. Luas lahan yang kering di Agustus tersebut itu lebih kecil dibanding pada bulan Juli tahun lalu yang melanda hektar tanaman padi. Dengan perincian, wilayah Trenggalek seluas hektar, Tulungagung 811 hektar, Bangkalan 108 hektar, Tuban 50 hektar, Gresik 15 hektar, Jombang 12 hektar, Kediri 10 hektar dan Sumenep 0,5 hektar. Di periode Juli, lahan puso akibat kekeringan mencapai 239 hektar. Yaitu di Trenggalek 163 hektar, Tuban 21 hektar dan Tulungagung 16 hektar. Luasnya lahan padi yang dilanda kekeringan tersebut akibat kurang jelinya petani dalam memilih komoditas yang ditanam saat musim kemarau. Idealnya, saat kemarau petani tidak menanam padi tapi menanam palawija seperti kacang hijau, kedelai, jagung atau menanam komoditas hortikultura seperti Semangka. Besarnya keinginan petani untuk tetap menanam padi di musim kemarau ini dipicu harga jual padi jauh lebih baik dibanding harganya saat musim penghujan. Tingginya harga padi tersebut bisa dilihat dari harga beras yang beredar di pasaran. Untuk yang jenis medium misalnya, masih bertengger di level per kilogram hingga per kilogram. afr Petani yang lahannya berada di daerah yang mengalami kekurangan air, agar tidak memaksakan menanam padi, karena risiko gagal tanam cukup tinggi," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan DP3 Kabupaten Sleman Rofiq Andriyanto, di Sleman, DIY, Selasa. Menurut dia, sebagai gantinya disarankan menanam tanaman komoditas lain yang tidak membutuhkan banyak air. Makassar ANTARA - Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG telah memprediksi bahwa Indonesia akan menghadapi musim kemarau lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya, sehingga bencana kekeringan bisa mengancam sejumlah sektor kehidupan, seperti pertanian, kebakaran hutan, krisis air, hingga sejumlah penyakit yang muncul akibat perubahan cuaca ekstrem. BMKG juga memprediksi musim kemarau tahun 2023 tiba lebih awal dari sebelumnya. Maka berdasarkan analisis BMKG, saat ini sebesar 28 persen atau 194 zona musim wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Jika tiga tahun terakhir 2020-2022 kerap didapati hujan di musim kemarau, maka diprediksi hal tersebut tidak akan terjadi pada 2023 ini. Berdasarkan laman resmi BMKG, turunnya hujan di musim kemarau tiga tahun terakhir dipicu peristiwa La Nina yang mengakibatkan iklim basah. Namun pemantauan terbaru, suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa saat ini intensitas La Nina terus melemah, dengan indeks pada awal Februari 2023 sebesar -0,61. Suhu muka air laut di Samudra Pasifik yang terus melemah mengarah pada El Nino pada Juni 2023 yang berakibat semakin menghangat kawasan tersebut. Peristiwa El Nino ini berlawanan dengan La Nina. El Nino adalah suatu fenomena di mana suhu permukaan laut SST di Samudera Pasifik mengalami peningkatan di atas kondisi normal. Peningkatan suhu ini menyebabkan pertumbuhan awan lebih tinggi di wilayah Samudera Pasifik tengah dan mengurangi jumlah curah hujan di Indonesia. BMKG telah memprediksi dampak El Nino mengakibatkan musim kemarau yang lebih ekstrem akan terjadi di berbagai wilayah Indonesia, tidak terkecuali Provinsi Sulawesi Selatan yang sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan selat Makassar. Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Makassar, Hanafi Hamzah, mengemukakan bahwa intensitas hujan lebih sedikit itu karena masuk bulan Juli pengaruh El Nino akan semakin terasa. Di Sulawesi Selatan Sulsel, hal ini diprediksi berlangsung pada Juli hingga September. BMKG Makassar memprediksi selama tiga bulan Juli, Agustus, September tidak ada hujan di hampir seluruh wilayah Sulsel, termasuk area pegunungan, meski area ini tidak terlalu terdampak kekeringan. BMKG memprediksi pantai barat akan terdampak signifikan terhadap kekeringan ekstrem, mulai dari Kabupaten Pinrang, Parepare, Barru, Pangkep, Maros, Makassar, Gowa sebagian, Takalar, Jeneponto dan Selayar. Kekeringan ekstrem di pantai barat juga dipastikan akan berpengaruh di area pantai timur yakni area Luwu Raya, Bone, Sinjai dan Bulukumba. Begitu pula bagian tengah yakni Kabupaten Soppeng, Bone dan Gowa sebagian. Ancaman kekeringan di 2023 ini akan sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian dan berdampak pada ketahanan pangan Sulsel. Ilustrasi. Area persawahan di wilayah Gowa, Sulawesi Selatan. ANTARA/Nur Suhra Wardyah Pemetaan Kekeringan ekstrem yang diprediksi terjadi di musim kemarau tahun ini menjadi perhatian Pemprov Sulsel. Karena itu, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan TPH-Bun telah menyiapkan berbagai strategi guna menghadapi musim kemarau 2023. Sebagai salah satu daerah lumbung pangan di Indonesia, Dinas TPH BUN Sulsel telah menyiapkan sejumlah program antisipatif yang telah dan sedang berjalan saat ini. Program itu di antaranya pemetaan zona rawan kekeringan, manajemen air, pengaturan pola tanam, persiapan benih unggul hingga bantuan substitusi kepada petani jika terjadi gagal panen. Pada pemetaan di sektor pertanian, Dinas TPH BUN Sulsel telah menetapkan tiga kabupaten yang masuk kategori zona merah sebagai daerah yang diindikasi rawan dan sangat terdampak kekeringan. Tiga zona merah terhadap ancaman pertanian di musim kemarau tahun ini yaitu Kabupaten Bone, Soppeng dan Wajo. Kepala Dinas TPH BUN Sulsel Imran Jauzi menjelaskan, penetapan zona ini didasarkan pada data riwayat area pertanian 3 hingga 5 tahun yang lalu jika pernah mengalami kekeringan di musim kemarau. Utamanya dengan luas kekeringan lebih dari hektare. Penetapan zona merah di tiga wilayah ini terbilang sesuai dengan prediksi BMKG terhadap sejumlah daerah yang akan terdampak kekeringan. Kabupaten Bone dan Soppeng merupakan wilayah tengah yang juga diperkirakan terdampak El Nino, begitu pula Wajo, salah satu wilayah pantai barat. Pemetaan ini bukan berarti berlaku untuk seluruh wilayah kabupaten tersebut, namun dikhususkan pada area pertanian yang telah melalui proses identifikasi dengan luas wilayah sekitar hektare. Sehingga dalam langkah-langkah antisipatif di tiga wilayah tersebut menjadi prioritas utama dalam mengatasi dampak kekeringan. Perubahan cuaca, sangat besar dampaknya terhadap sektor pertanian, sebab tidak hanya mengubah produktivitas, tetapi termasuk akan menimbulkan berbagai hama yang berakibat pada penyakit tanaman. Penyakit-penyakit tanaman yang baru akan bermunculan dan gerakan pengendalian harus segera dirancang. Manajemen air dan benih Setelah pemetaan dan penentuan dan zona rawan terdampak kekeringan, upaya lainnya mulai direalisasikan dalam menjaga ketahanan pangan Sulsel di musim kemarau yakni manajemen air dan benih, seperti penggunaan varietas-varietas yang lebih tahan kering. Pada manajemen air, Dinas TPH BUN Sulsel melakukan pengelolaan air yang didukung dengan berbagai perbaikan fasilitas penunjang, di antaranya membangun daerah-daerah irigasi dan merapikan kembali saluran-saluran irigasi khususnya pada wilayah tersier. Selain itu, dibangun embung untuk menampung air hujan yang akan dimanfaatkan pada musim kekeringan mendatang. Upaya lainnya, penggunaan sistem pompanisasi dan perbaikan perpipaan guna memaksimalkan penggunaan air. Air harus digunakan seoptimal mungkin dan mengusahakan agar tidak ada penggunaan air secara berlebihan pada aktivitas pertanian, termasuk dalam pola hidup sehari-hari. Langkah selanjutnya, mengatur pola tanam dan jarak tanam dengan mempercepat penanaman. Jika biasanya jarak tanam petani tiga pekan, maka diminta agar dipercepat menjadi dua pekan harus segera menanam. Hal tersebut guna memaksimalkan stok air yang masih memadai saat ini sebelum memasuki musim kemarau yang diprediksi oleh BMKG bahwa puncak kekeringan terjadi pada Agustus mendatang. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan TPH-Bun Sulawesi Selatan Imran Jauzi. ANTARA/Nur Suhra Wardyah Penggunaan benih yang bagus, dinilai menjadi langkah yang tepat dalam perbaikan hasil pertanian di tengah ancaman kekeringan. Sebab, kurangnya produktivitas pertanian akan tertutupi dengan hasil pertanian yang lebih berkualitas, sehingga mempengaruhi nilai jual dari berbagai komoditas pertanian. Pembagian benih gratis dinilai juga penting guna mengantisipasi kekeringan, karena kekeringan tidak saja bisa terjadi pada tanaman padi, tapi krisis pangan bisa terjadi pada komoditas pangan lainnya seperti jagung dan sorgum. Pemprov Sulsel sebelumnya telah merilis Program Mandiri Benih sejak 2022 sebagai terobosan untuk mendorong peningkatan produksi tanaman padi. Pada 2022 telah disalurkan sebanyak ton untuk hektare dengan jumlah penerima bantuan benih sebanyak keluarga petani. Program tersebut berhasil meningkatkan produksi pertanian dari tahun sebelumnya. Data statistik menunjukkan, produksi padi di Sulsel yakni 5,34 juta ton dan meningkat sebesar 4,92 persen ton dibanding tahun 2021 hanya sebesar 5,09 juta ton. Sementara pada tahun ini, Pemprov Sulsel kembali menyalurkan secara gratis bantuan benih padi sebanyak ton untuk luas lahan hektare . Selain benih padi, pada Mei 2023, juga disalurkan bantuan bibit perkebunan kakao 3,2 juta batang dan bibit mangga batang, durian batang, jeruk batang ke kabupaten/kota, serta bantuan pupuk dan alat produksi pertanian alsintan untuk para petani di sentra-sentra pengembangan pertanian. Gubernur Sulsel, Andi Sudirman, menegaskan bahwa strategi yang dicanangkan tersebut tidak hanya untuk menyokong ketahanan pangan di Sulsel, tapi juga guna mendukung ketahanan pangan nasional. Sulsel selama ini berkontribusi sekitar 25 persen terhadap pemenuhan kebutuhan beras Slamet Hadi Purnomo COPYRIGHT © ANTARA 2023 RQTDNf.
  • n54xxcbs9u.pages.dev/93
  • n54xxcbs9u.pages.dev/373
  • n54xxcbs9u.pages.dev/71
  • n54xxcbs9u.pages.dev/266
  • n54xxcbs9u.pages.dev/164
  • n54xxcbs9u.pages.dev/383
  • n54xxcbs9u.pages.dev/238
  • n54xxcbs9u.pages.dev/236
  • n54xxcbs9u.pages.dev/175
  • mengapa pada musim kemarau para petani tidak menanam padi